Bukan tidak mungkin slogan "In Dangdut We Trust" suatu hari terpampang di Eropa atau Amerika.
Sejak Korea Selatan dan Jepang melakukan ekspansi budaya besar-besaran dalam satu dekade terakhir, kita seperti dihadapkan dua realita; pasrah menjadi konsumen selamanya atau setidaknya mencoba turut memasarkan budaya kita ke tempat yang lebih luas. Dan dangdut adalah hal paling masuk akal untuk pilihan kedua.
BERITA TERKAIT
“Ketersediaan (informasi) dangdut harus bisa diterima pasar global, kita harus mengarah ke sana. Misal di iTunes (digital platform) narasinya diperjelas soal musik dangdut. Ini yang saya sebut sebagai strategi pemasaran baru.”
“Dangdut dianggap musik yang eksotis, bagaimana menjelaskan kepada mereka (masyarakat global) bahwa ini menarik? Salah satunya lewat narasi. Kami juga menyiapkan strategi dan instrumen pemasaran yang tepat. Misal kami beri tahu soal lirik dangdut yang memiliki sosio-kultural yang panjang,” jelas Ricky.
Salah satu upaya nyata BEKraf memperkenalkan dangdut ke dunia luar adalah lewat promosi yang akan dilakukan dalam festival South by Southwest (SXSW) 2019. BEKraf akan membuat program bernama Hello Dangdut untuk digelar di festival yang berbasis di Austin, Texas, Amerika Serikat itu.
Program Hello Dangdut dikelola oleh Irama Nusantara, sebuah komunitas pengarsipan musik Indonesia. Hello Dangdut juga pernah ditampilkan dalam Synchronize Festival tahun 2017 dan 2018. Melalui program itu, BEKraf dan Irama Nusantara membuka anjungan interaktif yang berisi informasi seputar dangdut, mulai dari sejarah hingga pemutaran langsung lagu-lagu dangdut dari berbagai era.
Pengakuan soal dangdut yang "adiktif" dan segala kelebihannya bukan hanya datang dari orang-orang Indonesia saja. Produser musik asal Inggris, Steve Lillywhite yang telah enam kali mendapat Grammy Awards pun melihat potensi besar dari dangdut.
(Steve Lillywhite. Foto: Medcom.id/Shindu Alpito)
Steve beberapa tahun terakhir tinggal di Indonesia. Dia menjadi CEO Jagonya Music & Sport Indonesia, label musik besutan restoran cepat saji KFC.
"Dangdut buat saya adalah musik Indonesia yang serius karena selalu berkembang secara musikalitas. Dan dangdut adalah budaya indonesia. Jadi, siapapun yang mengatakan tidak suka dangdut, mereka tidak menyukai budaya Indonesia, karena ini adalah budaya kalian dan apa yang saya suka mengenai dangdut adalah selalu berubah (dinamis).
"Dangdut yang sekarang, beda dengan dangdut 5 tahun yang lalu. Sekarang (terwakilkan oleh nama-nama) seperti Via Vallen dan Siti Badriah. Mereka tidak seperti dangdut pada masa orang tua kalian. Mereka ini dangdut yang termasuk baru, untuk orang-orang yang muda dan modern. Dangdut yang memiliki pengaruh dari EDM, pengaruh dari reggae," kata produser yang sempat membesut album-ablum U2 dan The Rolling Stones itu.
Dari segi angka, dangdut juga menggiurkan. Via Vallen contohnya, biduan top itu mampu membuktikan kekuatan penggemar dangdut yang sangat masif. Lagu Sayang yang dibawakan Via mampu meraup 173 juta views di YouTube. Angka yang fantastis. Andai saja dangdut mampu sampai ke telinga-telinga di berbagai benua, bukan tidak mungkin musik ini jadi candu baru.
Steve tidak asal bicara terkait potensi dangdut untuk mendunia. Dia melihat bahwa tren musik dunia terbuka dengan genre apa saja. Termasuk bahasa-bahasa di luar bahasa Inggris. Hal itu terbukti melalui invasi K-Pop yang berhasil, juga lagu-lagu berbahasa Spanyol yang sukses.
"Pemerintah mulai mengenalkan dangdut ke dunia. Ya, saya pikir itu bagus. Jika menemukan lagu yang pas (akan sukses secara global). Karena, jika kalian mendengarkan lagu Despacito, itu lagu dengan lirik bahasa Spanyol. Jadi menurut saya, dengan lagu yang tepat akan sangat baik di luar Indonesia. Karena dangdut adalah musik untuk berjoget. Dan musik seperti itu adalah musik yang orang suka saat ini."
"Bahasa tidak masalah. Tahu apa arti lagu Despacito? Tidak? Dan itu tidak masalah. Karena Despacito itu adalah musik untuk bercinta. Simpel. Sangat simpel. Itu yang manusia ingin lakukan saat ini. Lupakanlah (segala persoalan) dan bercintalah."
Lebih lanjut Steve mengutarakan pendapatnya tentang bahasa Indonesia. Menurut dia, bahasa Indonesia memiliki pola yang menarik. Sehingga dapat dibuat rima yang menambah daya tarik sebuah lagu.
Bahasa Indonesia sangat bagus. Menurut saya bahasa Indonesia adalah bahasa terbaik kedua untuk lagu cinta. Bahasa pertama yang terbaik adalah bahasa Spanyol, karena ada kata “rah” yang sangat sexy. Tapi, bahasa Indonesia juga memiliki rima, di mana dengan bahasa itu sangat mudah untuk membuat lagu. Kata "aku" dan "kamu" berakhir dengan "u" terdengar lebih romantis dibanding "I" atau "me" dan "you." Saya sedang sangat excited dengan musik Indonesia."
Menjadi tren dunia tentu bukan perkara mudah. Butuh keselarasan, komitmen dan kerja keras dari tiap rantai ekosistem industri musik, termasuk pemerintah. Selain itu, ini bukan pekerjaan yang dapat selesai dalam satu atau dua tahun. Semoga saja dangdut pada akhirnya benar-benar menggoyang dunia. Seperti yang dikatakan Rhoma Irama lewat lagu Viva Dangdut, "Dunia pun berdangdut, dunia kita goyang!"
(ASA)
https://m.medcom.id/hiburan/indis/VNnDl2Ok-produser-the-rolling-stones-percaya-dangdut-mampu-mendunia
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Produser The Rolling Stones Percaya Dangdut Mampu Mendunia - Medcom ID"
Post a Comment