Search

Cara UKM Dangdut ISI Solo Ubah Stigma 'Ndeso' Musik Dangdut

Laporan wartawan Tribun-Video.com, Eleonora Padmasta

TRIBUN-VIDEO.COM, SOLO - Musik dangdut masih punya citra negatif di sebagian masyarakat Indonesia, terlebih kalangan remaja.

Di antaranya, stigma bahwa dangdut adalah musik ndeso atau kampungan.

Namun, para pegiat UKM Orkes Melayu Vegasta, atau UKM Dangdut Institut Seni Indonesia atau ISI Solo, punya tekad untuk mengikis stigma tersebut.

Salah satunya adalah Mahanufi Faiza Hida (22), mahasiswi Seni Teater ISI Solo.

Mahanufi, yang dulunya pengurus UKM OM Vegasta, mengaku dirinya sempat menganggap aliran musik asal Indonesia itu 'ndeso'.

Dulu, sebagai 'anak band', Maha belum mengerti apapun tentang dangdut, tak tertarik, bahkan meremehkannya.

Namun, sejak bergabung dengan OM Vegasta, pola pikirnya terhadap dangdut berubah drastis.

OM Vegasta merupakan unit kegiatan mahasiswa (UKM) di ISI yang menjadi wadah bagi para mahasiswa yang memiliki minat dan bakat dalam dunia dangdut dan musik Melayu.

Awalnya pada 2014, Maha, yang memang seorang penyanyi, diminta tampil secara live dalam acara "Terminal Dangdut" di stasiun televisi lokal Surakarta TATV oleh Dwi Jambi, kakak tingkatnya sekaligus Ketua OM Vegasta saat itu.

"Paling berkesan waktu saya pertama kali mengisi acara di TATV. Enggak tahu dangdut, tiba-tiba disuruh nyanyi dangdut dan live, enggak ada latihan, lo," kenang Maha saat ditemui di Kampus I ISI Surakarta, Jalan Ki Hadjar Dewantara No 19, Jebres, Surakarta, Selasa (24/7/2018).

"Saya juga belum bisa pakai cengkok. Saya buat-buat saja cengkoknya, seadanya. Kan banyak ya yang sudah bisa nyanyi dangdut bilangnya 'aku juga enggak bisa', lha saya benar-benar enggak bisa sama sekali itu," lanjutnya.

Walaupun terpaksa, ia akhirnya menuruti permintaan tersebut hingga rasa ketertarikan terhadap dangdut mulai muncul.

Maha pun aktif berorganisasi di UKM itu dan semakin sering membawakan lagu dangdut sembari melatih teknik vokal dengan Teti Darlenis, sang pembina, seiring berjalannya waktu.

Lalu Maha menjabat sekretaris di tahun awal perkuliahannya, hingga kemudian diangkat menjadi ketua pada awal 2016.

Mantan ketua OM Vegasta itu bahkan terdorong untuk memperkenalkan dangdut pada kalangan masyarakat luas.

Sejak menjabat ketua, ia bersama timnya membuat program kerja (proker) tahunan "Dangdut Singing Competition" tingkat SMA, SMK, sederajat se-Solo Raya.

Lomba menyanyi dangdut itu digelar setiap Oktober sejak 2016 sebagai perayaan ulang tahun UKM Orkes Melayu ISI.

"Di tahun pertama itu ada 25 peserta, kami mengambil tiga pemenang. Hadiahnya kami mengajukan permohonan ke Wakil Rektor 3," tutur wanita cantik asal Blitar itu.

Melalui lomba tersebut, Maha yakin stigma negatif yang kerap disematkan oleh masyarakat pada dangdut dapat memudar.

"Tahu sendiri lah, bagaimana citra dangdut di kalangan masyarakat. Melalui lomba menyanyi dangdut dari UKM kami, jadi bisa diperbaiki, kalau dangdut itu enggak buruk. Kan kami juga akademisi, walaupun sopan dangdut tetap asyik," ungkap Maha.

Menurut wanita bersuara merdu ini, acara tersebut juga membantu mengembangkan eksistensi OM Vegasta di publik.

"Alhamdulillah itu dapat apresiasi bagus dari guru-guru SMA, dan banyak peserta yang ikut lomba kemudian masuk ISI," ungkap Maha.

Di tahun ketiga lomba menyanyi dangdut pada 2018 ini, Maha berharap kompetisi tersebut dapat digelar kembali tanpa hambatan.

"Ya semoga, saya berharap, tahun ini bisa lancar kembali karena bisa untuk membangun image yang lebih baik untuk musik dangdut," tutur Maha. (*)

TONTON JUGA:

Editor: Radifan Setiawan
Reporter: Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Video Production: Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Sumber: Tribun Video

Let's block ads! (Why?)

http://video.tribunnews.com/view/58573/cara-ukm-dangdut-isi-solo-ubah-stigma-ndeso-musik-dangdut

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Cara UKM Dangdut ISI Solo Ubah Stigma 'Ndeso' Musik Dangdut"

Post a Comment

Powered by Blogger.